Nenek Tua Pencuri Singkong
Dan Hakim
" What the hell is going on in this Nation when the corrupt of thousand billion just take a year in prison, somehow an old woman who starving stealing for feeding her kids going to prison in two and half years ?"
Miris emang kalo lihat hal-hal seperti ini yang sering banget terjadi di Indonesia tercinta kita. Gak cuma sekali kejadian kayak gini terjadi, mulai dari pencuri kayu bakar, pencuri kakao, sampe pencuri singkong yang mesti divonis bertahun-tahun karena mereka kelaparan. Sedangkan pelaku korupsi miliaran rupiah malahan asik bisa seneng-seneng di tahanan yang mewah, bahkan sampe liburan ke bali.
Gak adil emang, tapi perlu diketahui bahwa hal seperti ini bukanlah kebodohan manusia, maupun kelemahan dari manusia, ini cuma sifat dasar manusia. Khususnya lagi Indonesia banget.
Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu saat seorang nenek tua divonis hukuman 2,5 tahun karena kedapatan mencuri singkong di lahan suatu perusahaan punya salah satu orang terkenal di sini. Beliau akhirnya dibawa ke pengadilan dengan alasan agar sebagai contoh tegas dari hukum di Indonesia, bahwa biar bagaimanapun mencuri ya mencuri.
Nenek tua itu cuma tertunduk lemas tak berdaya setelah mendengar keputusan vonis hakim yang menghadiahinya hukuman dengan denda satu juta rupiah atau kurungan dua setengah tahun. Meskipun niatnya adalah karena anaknya sedang sakit parah dan cucunya kelaparan karena memang tak berdaya apa-apa.
Meskipun mendengar alasan dari Nenek itu, tapi pemilik perusahaan tetep kekeh pada pendiriannya bahwa harus ada contoh hukum meskipun dengan alasan apapun.
Hakim juga adalah seorang yang harus tetap menegakkan hukum dengan apapun alasan dan sesuai dengan keadilan yang ditulis ribuan kalimat di buku yang dia pelajari di sekolahnya dulu.
" Anda saya vonis harus membayar denda senilai satu juta rupiah, atau kalau tidak sanggup membayar akan dihukum dua setengah tahun di penjara."
Nenek itu tak berdaya lagi, seakan pasrah dengan keadaan.
Namun, kemudian hakim itu melepas topinya sesaat setelah mengetuk palu dan mengambil uang satu juta rupiah dari sakunya dan meletakannya di topi itu. Dengan suara yang lantang dan mengancam.
" Saya atas nama keadilan akan menuntut setiap orang yang hadir di pengadilan ini uang lima puluh ribu rupiah karena telah menetap di kota ini dan membiarkan salah seorang warganya kelaparan sampai mencuri singkong !!"
Akhirnya hakim itu menyuruh aparatnya untuk meminta uang pada tiap peserta dengan topinya. Dan terkumpullah uang senilai lebih dari tiga juta oleh sumbangan dari hadirin termasuk si pemilik perusahaan yang menuntut Nenek itu.
Kisah ini cuma segelintir dari suatu hukum, bukan berarti ketidak adilan dan bukan berarti sebuah kebodohan. Hal seperti ini cuma salah satu dari sifat manusia. Kita akan jauh lebih menghormati seseorang yang punya nama bagus, dibandingkan dengan orang tua yang renta dan tidak berdaya. Salah satu contoh lagi adalah anak musisi terkenal yang menabrakkan mobilnya hingga beberapa orang tewas, dia masih tetep asik bisa menikmati kemewahan karena nama ayahnya. Coba bayangkan kalo itu adalah anak orang biasa, tentu akan beda lagi kisahnya.
So, look around us and try to see there's just too much people who need our hand. People who honest and starving and weak against how cruel this live is for those who live below the line of poverty.
Do not live to catch up your eyes into the height, because you'll never know anything if you fall. But try to seeing your bellow, then you'll understand you are nothing if you fall.
0 komentar:
Post a Comment