Sunday 16 November 2014

Beri Komentar Kamu..

A Smoked Heart

Emang gak ada yang tahu tentang apa aja yang udah ditulis sama Tuhan, mungkin aja hari ini, besok, atau bahkan nanti. Gak ada satupun yang tahu. Seperti malam ini, saat langit seperti sedikit menangis dengan diturunkannya butiran air kecil yang jatuh satu persatu perlahan. Meski gak menutupi jalan dengan genangan, tapi cukup banyak untuk menutupi muka yang pucat dan muram dan sedih.

Mungkin gak banyak yang tahu siapa yang sedang tertidur pulas dihadapan kami malam ini, karena dia emang bukan John Petrucci maupun Paul Gilbert yang terkenal. Tapi kecintaannya pada dunia mungkin hampir ak jauh beda dengan mereka. Dia salah satu orang yang sedikit kukagumi diantara gak banyak orang. Bukan karena dia hebat, pinter, atau apapun. Mungkin juga gak begitu sulit buat cari orang yang sejenis dia di dunia ini. Gak begitu banyak hal yang bisa dibanggakan darinya, oleh orangtuanya sendiri, oleh temannya, bahkan negara ini. Tapi mungkin bagi sedikit orang, dia punya banyak hal yang bisa dikenang.

Sebut saja dia Adi, laki-laki yang sedikit kurus dengan muka yang lebih sering diam dan terlihat sok saat dihadapan banyak orang. Mungkin kalo ditanya kayak apa sifat aslinya, saya sendiri juga kurang tahu karena emang sikapnya sering kali uncosistent bahkan terlihat labil. Untuk laki-laki seumuran 24 tahun mungkin emang belum begitu terlihat dewasa, bahkan dia masih sering terlihat seperti abg dengan gayanya yang cuek dan masa bodoh. Tapi saya paham tentang hal itu, dia orang baik hati yang emang suka menolong orang lain. Meskipun kadang dia sering ucapin imbalan dalam jumlah besar, tapi saya tahu kalo dia cuma gak ingin kelihatan baik. Masih teringat sedikit jelas saat ucapannya dengan sedikit sombongnya “ gua gak mau lihat temen gua susah ngerjain sesuatu yang buat gua itu mudah.” Bahkan dulu saat kita masih duduk di bangku kuliah bareng dia banyak banget bantu temen-temen lain pas lagi ngerjain tugas.


Meskipun kami kadang sering lupa saat dia juga kadang butuh bantuan. Saya sendiri contohnya, mungkin udah beberapa kali acuh saat lihat dia. Dia lumayan pintar di sebagian mata kuliah, cuma sebagian aja. Itu juga bagian kecil, jadi saat ada tugas saya selalu deketin orang yang saya anggep pinter, buat keuntungan pribadi tentunya. Lalu gimana sama Adi, mungkin dia juga ngerjain dengan caranya. Tapi dia gak pernah ngeluh meskipun beberapa kali saya acuhkan dulu, dia tetep aja jadi temen yang sering main ke tempat kos dan tetep sama.


Ada satu hal yang dari dulu gak berubah dari dia, dia adalah perokok bahkan bisa dibilang aktiv dan berat. Bisa habis dalam semalem aja lebih dari satu bungkus, kopi dan kadang beer. Meski saya tahu kalo dia itu bukan anak orang kaya raya, maupun dia juga sering gak punya duit, tapi untuk urusan itu dia selalu ada entah darimana. Saya juga perokok, sama seperti temen kami yang sering nongkrong bareng. Dan bahkan kami yang lebih sering dikasih daripada ngasih, dan juga kebiasaannya begadang sampai pagi, dan siangnya kuliah. Mungkin bisa dibilang gaya hidup yang kurang sehat, tapi percuma ngomong apapun ke dia, dia selalu bilang “ sakit apapun itu ada sama otak kita, jadi kalo kita merasa sehat ya kita sehat.” Bahkan meskipun udah beberapa kali saya lihat mukanya pucat dan kantung mata yang hitam dia masih terus aja ngerokok. Bukan suatu hal yang pantes ditiru mungkin dari dia.


Dia itu pintar menggambar, seneng banget sama film-film terutama kartun, dan kesukaannya sama dunia musik, khususnya musiknya orang pirang. Itu jadi ciri khasnya dia, mungkin idealis iya. Dia selalu kelihatan gak suka sama orang yang menurut dia gak sukai, tapi disitu sisi bagusnya. Dia bisa lihat sisi baik orang saat yang lain cuma lihat buruknya, begitu juga sebaliknya. Mungkin itu sebabnya dia kelihatan gak punya banyak temen. Karena dia emang bilang sendiri sering pilih-pilih sama temen. Tapi kalo udah dia anggep temen, dia akan tetep perhatian dan peduli sama mereka, meskipun yang dipeduliin gak peduli.


Sebenernya ada beberapa hal dari sedikit hal yang bisa buat saya kagum sama pribadinya. Dia bisa memotivasi orang lain saat sedang kebingungan, gak tahu apa dia juga bisa motivasi dirinya sendiri. Saat itu adalah beberapa hari sebelum deadline untuk pengumpulan projek di kuliah. Saat banyak banget orang yang nyerah setelah ngerjain berbulan-bulan, dia dengan tenang bilang projeku pasti selesai. Padahal sama sekali belum kumulai, dia bilang dia akan bantu. Dan bener saja, projek itu selesai hanya dengan tiga hari saat orang lain gak selesai selama berbulan-bulan. Itu hal yang selalu kusalutkan darinya, dia rela gak tidur demi membantuku bikin projek yang dimulai dari nol. Meskipun dia tahu saya gak bisa ngasih apa-apa kedia.


Malam ini, air yang dikirim dari langit mulai bertambah banyak dan hampir membuat rambutku tertutup oleh air. Orang-orang yang lain sudah masuk kedalam rumah dan meninggalkan kursi yang berderet di depanku. Gak banyak kata yang bisa kuucap malam ini, kalaupun ada mungkin saya ingin sekali berhadapan dengannya dan bilang terima kasih banyak. Pandanganku lalu tertuju pada sebungkus rokok yang terjatuh setelah ditinggalkan orang disebelahku. Yah, itu rokok yang sama yang selalu dia bawa, yang selalu dia hisap, yang mengantarnya pada sore terakhir tadi, dan membuat hatinya penuh dengan asap dari rokok-rokok yang bungkusnya kuingat sudah mencapai ratusan di pojok kamarnya. Selamat jalan kawan, terima kasih banyak.

0 komentar: