Tuesday, 18 August 2015

Beri Komentar Kamu..

Pahlawan Tanpa Penghargaan

 
Pahlawan itu siapa sih ? pernah gak anda menanyakan hal itu  ? yah minimal pas lagi musim 17 agustusan. Kan kita sama-sama memperingati hari ini sebagai kemerdekaan Republik Indonesia. Mungkin ada beberapa yang ingat nama nama kayak Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Cut Nyak Dien, Dr Soetomo, Kapten Patimura sampe Ir Soekarno. itu karena nama besar mereka emang udah biasa kita kenal dari SD bahkan sampe ke gambar di uang kertas (kecuali Rp500).

Tapi apa bener pahlawan cuma mereka ?

Ada juga loh bahkan banyak yang namanya cuma diketahui oleh sesama pejuang dimasa dulu.

Ditempat saya sendiri, ada yang namanya Pak Karsim. Satu dari sekian pahlawan yang tanpa penghormatan spesial dari orang-orang yang duduk diatas sana. Beliau masih sehat sampai sekarang, dan hidup berkecukupan untungnya.

Setiap kali malam tasyakuran kemerdekaan beliau selalu jadi pembicara para warga yang ingin mendengar cerita heroiknya. Dari mulai kelaparan, tidak makan beberapa hari karena bersembunyi dari musuh, kehausan karena sekali mereka keluar nyawa taruhan, sampai kejar-kejaran dengan tentara kompeni dulu.

Dari beberapa cerita beliau ada beberapa hal yang sempat membuat kami terenyuh dan terdiam, saat beliau harus membunuh istri dan anak-anak dari tentara musuh. Meskipun mengabaikan nilai kemanusiaan, tapi kalau mereka tidak membunuh maka dibunuh. Ceritanya saat mereka mendapati rumah menir yang sudah kosong dan hanya ada istri-istri dan anak-anak. Saat hendak membawa mereka ke Camp, malah salah satu dari teman Pak Karsim ditusuk oleh salah seorang istri, dan anak kecil yang menodongkan senapan. Akhirnya dengan menutup hati, mereka harus dibunuh.

Dan yang paling mengesankan lagi, adalah saat salah satu teman Pak Karsim meninggal di medan perang, Pak Karsim dan satu temannya harus saling bergantian menggendongnya. Karena tidak boleh meninggalkan jasad di sana. Sambil menangis menceritakannya.

Intinya adalah, mereka para pahlawan memang benar-benar menghadapi masa sulit saat itu. Saat perang, saat harus menangis tapi tak boleh, saat harus istirahat karena lelah, tapi nanti mati, dan sebagainya. 

Pak Karsim mungkin salah satu yang cukup beruntung, karena setelah itu beliau bekerja di pemerintahan desa. Tapi coba lihat Pak Mawardi, Veteran perang 45 yang hidup di sebuah gubuk tua di tanjung Gusta. Lalu Bapak Rohadi yang jadi tukang becak, dan saya yakin masih banyak lagi kisah pejuang, kisah pahlawan yang hanya diberi penghargaan sebatas piagam, dan badge yang terpasang memberati dada mereka.

 
Nasib mereka setelah tua, bahkan tak sebanding dengan apa yang mereka lakukan saat masa perjuangan. Para petinggi yang sekarang duduk di bangku atas Indonesia memang mungkin tak merasakan susahnya peperangan. Tambah lagi para pejabat yang korup, yang mengeluarkan puluhan, bahkan ratusan miliar hanya demi kampanye, dan puluhan trilyun lagi untuk didapatkan.

Pantaskah Pahlawan hanya diberi penghargaan berupa piagam ?

Pantaskah kita sebagai generasi penerus hanya acuh dan memaling muka ?

Pantaskah kita untuk tertawa di tanah yang mereka perjuangkan ?

Pantaskah kalian untuk duduk di atas sana atas nama Indonesia yang dulu mereka pertaruhkan nyawanya ?

Pantaskah nyawa kita ditukar dengan kemerdekaan mereka ?

Pantaskah kita memegang bendera yang mereka tukar dengan nyawa ?

Our Nation Heroes, Thee were higher than just those monkeys on government up there. 

Government today, you were nothing than just a bunch of talking nonsense monkeys when you didn't respect to them !!

0 komentar: